Pages

Devina's notes


Minggu, 28 Oktober 2012

My October

Sekali lagi aku katakan, OKTOBER KU HITAAAAAAM. Terlebih pada tanggal 26, 27, 28...., n (entah sampai oktober tahun depan atau engga). Baru selesai aku mengahadapi hitamnya Oktoberku pada satu hal, eh satu hal yang tanpa diundang datang mengalir begitu saja. Maaf bila banyak unsur curhatan hati di postingan kali ini.

Dimulai saat aku menjadi pagar ayu di pernikahan sodara yang aku ceritakan di postingan sebelumnya. Saat itu aku mengantuk dan hanya tertidur di stan tamu, lupa memakai kacamata membuat mataku tidak bisa diajak bekerja sama. akhirnya aku mengirim sms pada seorang yang hanya satu, tidak dua, atau tiga, hanya satu! tapi entah kebelet atau kesambet jenglot, orang yang aku timpuki dengan sms curhatan hanya menjawab singkat, "hahahah sabar :)", iya aku selalu mencoba sabar sampai rambutku botak, sama halnya seperti aku menghitung hikmah-hikmah yang ada pada setiap masalah yang aku jumpai, botak aku menghitung semuanya.

Sampai pada sore harinya, aku mendapat sms rancu yang benar-benar tidak bisa aku mengerti. isi sms aku samarkan. Yang pertama kali terlintas setelah selesai membaca sms kelam itu adalah...

Ha? bercanda nih anak. aku harus baca lagi....

Setelah membaca yang kedua kali...

Aduh gue bego atau telmi sih? ini topik smsnya apaaa?? perasaan aku ga bahas ini tadi. baca lagi deh...

Semakin banyak aku membaca sms itu, semakin cepat lah jangka waktu pembotakan kepala. Topik sms yang melenceng sesuai harapan. Isi sms yang berhasil membuatku berpikir sangat kritis, hingga hampir menuju koma. Dia terus berusaha meminta maaf dan mengakui apa yang salah sedari dulu. Kebohongan fatal, besar, dan telah menumpuk menjadi tumpukan saus tartar siap banjur. Dan terjadilah, tanggal 26 Oktober, saus tartar yang dia tabung berhasil membanjiri hampir seluruh akal sehatnya. Berapa kali sms yang aku kirim untuk menenangkan dia, menjelaskan betapa berharganya pengakuan dia, betapa aku mengerti bagaimana perasaan dia yang ternyata hidupnya sama sepertiku, penuh fantasi. Tapi, Oktober yang dia miliki lebih hitam dari yang aku punya, pekat, hingga cahaya yang aku tawarkan belum mampu masuk ke dunianya.

Tidak apa-apa, tidak apa-apa sayang...


Aku jadi teringat pertanyaanku dulu.

Tuhan, apa maksud dari-Mu membawa pria dalam kehidupanku, begitupun sebaliknya?

Yang aku tau, suatu saat aku akan mengatahui apa misiku sebenarnya sehingga bisa masuk ke dalam hidupnya, yang bahkan baru aku kenal dekat kurang lebih 5 hari.
Dan mungkin tibalah saatnya, Tuhan membuka apa yang menjadi misiku. entah apa yang mengetuk pintu orang ini, sehingga dia mau mengakui rahasia terbesarnya di bulan yang sudah ku anggap sakral ini.
aku yakin, ini memang karena ilham-Mu sudah datang pada hatinya :)
Terjawab sudah pertanyaanku, namun menimbulkan pertanyaan yang lainnya.

...Tuhan... Apakah kini Kau akan mengeluarkan aku dari hidupnya?...

Sakral itu pernikahan

Ini terjadi di bulan Oktober. Menyebabkan Oktober mingggu akhir menjadi kelam bagiku uouooooo~, hitaaaam, Oktoberku hitaaam~ *pletuk!




Kenapa Oktober ini bisa menjadi sangat kelam? Satu hal yang pasti, itu karena berlangsungnya pernikahan sodara yang bertepatan dengan hari sekolahku. Bukan bukan, itu alasan kedua deng. Ya sudah biar aku utarakan apa yang menjadi alasan primernya!

Setelah asyik mendengarkan pa Ujang bercerita tentang konser musik yang akan dilancarkan di suatu sekolah, intuisi musik ku langsung mengirimkan impuls “ayo dev, dataaaaang...” ke otak kanan, sekalipun pelaksanaannya bertepatan dengan jadwal les, dan akan digelar hingga larut malam, aku tak peduli. Yang penting nonton konser, duduk manis sebelah Pa Ujang, komentar sana-sini, ngucapin selamat tanggal 24 (?), pulang, tidur, dan mimpi indah. Senangnya hati saat ibunda mengijinkan aku untuk menghadiri acara tersebut. Tapi naasnya... batang singkong invisible itu selalu jago nusuk, jleb! Aku disadarkan oleh ibunda bahwa Hari Rabu kami harus pergi ke desa Loskulalet di Pangalengan untuk mengahadiri pernikahan sodara kami pada esok harinya. Ibarat larutan dalam reaksi kimia, kenyataan ini bersifat 〖~OH〗^- yang berarti memiliki sifat basa atau pahit yang tidak terdefinisi (--,a) langsung eneg.



Dari sisi yang lain, saat itu aku sedang semangat sekali belajar dan PDKT sama pelajaran eksak. Barangkali inilah yang bisa disebut dengan semangat 45 karena rasanya seperti kerasukan semangat pahlawan angkatan ’45. Tapi apalah yang terjadi? Semangat juang ’45 yang baru mencuat beberapa titik ini langsung dihapus begitu saja dengan datangnya zona titik nadir semangat juang ’95. Alhasil dari reaksi semangat ’95 ini adalah... kesal. Semangatku langsung terkoyak, habis termakan si jabang bayi yang bahkan jabangnya belum dibuat (?)



Saking kesalnya karena merasa terpaksa, akupun curhat pada Pa Ujang mengenai kekesalanku. Apa yang dia katakan sangat singkat namun ada benarnya juga.



“Sabaar :) nikmatin aja :)”



Lalu aku melanjutkan curhat, bahwa aku kesal kuadrat. Bukan karena aku tidak suka datang kesana ataupun tidak ingin bersilaturahmi, tapi udangan yang datang dirasa kurang tepat. Apalagi ini pernikahan, event besar. Kalau aku memilih tidak hadir dan mengusungkan egoistisme, aku akan dicap tidak sopan dan tidak tau cara bersodara yang baik. Setelah 140 karakter di sms aku habiskan untuk Pa Ujang, balasan yang didapat sama singkatnya.



“Ga ada silaturahmi yang sia-sia :)”



Beuh. OK, aku ngalah deh... aku telan bulat-bulat semua orang yang tidak paham kebencianku dihadapkan pada situasi dimana munculnya dilema akut (bukan orangnya deng). Sementara itu, Ibu malah memberi intruksi padaku untuk segera menyiapkan baju ketika aku sedang membaca buku kimia, bab Sel Volta, karena akan menginap disana selama 3 hari 2 malam. Tambah rungsing lah moodku. Teringat pada semua tugas yang masih belum ku lunasi. PERSPEKTIF, OH PERSPEKTIF.... haruskah aku membawa penggaris 60 cm, alat tulis, dan karton ke sana untuk melanjutkan tugas perspektif? (-,-)



Pada akhirnya, aku hanya bisa menggapai kesimpulan payah, bahwa mungkin inilah sisi sakral dari pernikahan milik sodaraku. Sebelum resepsi pernikahan digelar pun, kesakralan sudah sangat kental terasa, ibarat susu full cream berlogo bendera yang full kentalnya benar-benar full, tanpa larutan encer sedikitpun. Tetapi lewat kisah ini aku jadi menerawang, tentang kesakralan dalam pernikahanku sendiri suatu saat nanti. Akankah pernikahanku membuat orang juga berada di kondisi yang dilema seperti yang dirasakan olehku? Semoga TIDAK. Aku ingin berita pernikahanku benar-benar membawa berkah dan menjadi berita paling membahagiakan abad 21 bagi semua orang. CAM kan! XD



Yang jelas, untuk saudaraku, jikalau pernikahan kalian tidak seharmonis, seindah, serukun, dan tidak setara dengan pengorbanan yang aku berikan, akan aku bunuh kaliaaaaaan~! (-,-*) #justkidding.



...Selamat menempuh hidup baru, neng Dini dan Aa Budi...<3>