Pages

Devina's notes


Sabtu, 16 April 2011

Study or Tour (with chief monkey)

pengertian study tour? perlu dijelaskan?? (oke, yang punya tugas mencari pengertian dari kata study tour, mohon jangan di copas, karena pengertian yang akan saya tulis itu ngaco 100% :D hehe), jadi study tour itu adalah kegiatan dimana suatu organisasi besar (contoh: sekolah) berkunjung ke suatu tempat dengan tujuan belajar sambil bermain dan berpiknik. Nah begitu kira-kira DeMireader. Langsung saja ke garis merah.

Hari ini, tepatnya tanggal 16 April 2011 (bertepatan dengan ultah teman saya), sekolah saya mengadakan study tour yang direncanakan akan dilakukan di Lembang, singkat cerita akhirnya kami benar-benar JADI go ke Lembang walaupun kegiatan ini baru pertama kali dapat terlaksana.

Awalnya saya dan teman-teman pergi ke patahan lembang, naik-naik ke puncak patahan lembang, tinggi-tinggi sekali (do=C, naik-naik ke puncak gunung), saat sampai di atas kami berfoto-foto ria dulu (sayang hp w300 saya lowbat dan tidak membawa kamera saya yang berwarna pink -,-), saya belum punya hasil fotonya (baik yang asli ataupun dalam bentuk file) karena waktu foto-foto saya nebeng ke kamera teman, nunggu di tag di facebook saja deh!

Berlanjut lagi, mudun ke bawah dan menuju tempat pemukiman penduduk Lembang, kami diberi tugas untuk mewawancarai salah satu penduduk yang bermukim di daerah situ. Aku, Fikri, dan Anyu berhenti pada salah satu pos yang berisikan 2 orang, kami pun berkata dengan sejujur-jujurnya ingin mewawancarai salah satu dari ke dua bapak tersebut. Percakapan luar dan dalam biasa pun terjadi, dan tada! hasilnya lumayan untuk seorang reporter gadungan :D

Setelah beranjak dari rumah mini corne***, kami pun berjalan beberapa ratus meter untuk menemukan secercah gerbang menuju lokasi yang ternyata di penuhi oleh spesies primata yang culametan, yaitu monyet-monyet nan lucu dan imut. Di tempat tersebut (sebut saja tempat itu Marimar), kami diwajibkan untuk mengisi LKS mata pelajaran yang dilensakan, akhirnya semua orang yang pada saat itu ikut pun berhamburan mencari tempat teduh dan duduk untuk menyelesaikannya.

LKS sudah terisi (dusta ini!), tiba waktunya untuk mendapat makan siang (sudah beberapa menit yang lalu kami menunggu datangnya pangan-pangan ini). Aku, Nsa, Ndit, Oppa, Mei, Ncit, Mprit, dan lala (mohon maaf yang tidak tersebut) segera mengambil jatah dus makanan dan kembali ke tempat yang pohonnya meninggalkan bayangan di bawahnya. Saat itu monyet-monyet yang sepertinya ramah dan ingin mengajak berteman memang sudah berkeliaran, tapi kami masih tenang-tenang saja, hingga akhirnya hal yang unik menimpa kudapan (berupa makaroni) kepunyaan lala, ibaratkan makaroni-makaroni itu hidup, mungkin mereka sudah berlari karena insting kudapan mereka menyadari kedatangan insting para monkey yang hendak menculik mereka, tapi sayang itu tidak terjadi karena mereka dikumpulkan dalam plastik transparan tebal. Kudapan itu masih merasa aman karena disebelah mereka ada Mprit, tapi naasnya nasib makaroni, Mprit segera menghindar dari monyet-monyet itu yang otomatis membuat kudapan tidak memiliki perlindungan aktif, sehingga sang ketua monyet dengan sigap berhasil mengambil makaroni-makaroni itu, dan lebih parahnya lala yang menjadi dunungan asli saat itu sedang mengambil dus nasi yang mungkin dipikirnya lebih berharga dari kudapan macam mereka. Lala pun sedih karena itu kudapan dibeli oleh ibunda tersayang saat menyiapkan bekal untuk study tour (sabar la! aku tahu bahwa monyet-monyet itu berat kalau ditimbang pakai timbangan semut ;'(, Mprit said). Usaha paramonyet tidak berhenti di situ, mereka mulai mengganggu kami yang sedang serius pada pangan yang baru saya buka sambelnya (sambel mantep bo!, Ndit said), karena kami-kami bergenderkan perempuan dan masih berlaku hukum Newton III yang berbunyi "ada aksi ada reaksi", kami pun mengeluarkan reaksi K-A-B-U-R sejauh M-U-N-G-K-I-N dari serangan tentara tak bersandang itu. Kami hanya tertawa-tawa karena sebal melihat mereka tidak berusaha membaca gerak gerik kami yang jelas tergambar disitu bahwa kami ingin MAKAN DENGAN TENANG. Jadi kami mengalah dan akhirnya cita-cita 5 menit yang lalu itu segera terkabul :) hehehe

Pangan dalam proses untuk dicerna menjadi energi. Sembari menunggu hal itu terjadi, kami berjalan melewati jembatan yang hanya bisa bertahan jika dilewati oleh max. 5 orang untuk menuju ke gua Belanda yang jaraknya hanya 3 cm dari tempat kami berada (jika dilihat dari peta), perjalanan sedikit garing namun berhasil diricuhi oleh Fikri dkk dengan bershalawat di tengah jalan dua tapak yang dikelilingi oleh tanaman hutan tropis (aneh, hal ini membuat saya dan Ndit tertawa terbahak-bahak -,-) sesampainya di goa belanda, kami masuk dan keluar, cukup. Kurang menantang deh, jadi ga asik untuk dikembangkan. lalu saya, Ndit, dan teman-teman yang lain (terbawa arus menuju kloter kelas terkompak of the year) melanjutkan perjalanan menuju goa Jepang, tapi hanya lewat dan tidak masuk karena mood badan kami sepertinya sudah melakukan penolakan besar untuk memasuki ruangan gelap nun jauh di mata itu, dan sampailah pada jalan raya yang di sebelah kiri terdapat jalan untuk kembali ke goa jepang (hanya orang sarap yang mau kembali jalan ke sana) dan di sebelah kanan terdapat tangga indah yang tidak indah jika dilewati. Komandan regu langsung mengambil arah kanan yang 'katanya' menuju jalan keluar. Dan kau tahu apa yang terjadi? aku dan Ndit tertawa-tawa (lagi) saat melewati tangga yang cukup menyusahkan kami, saya pikir kaki saya menggelitik otot kaki saya saat saya mengangkatkan kaki yang sudah dipakai berjalan beberapa KILOMETER, sedangkan dampak terhadap Ndit, dia segera mengobarkan motto: "I HATE STAIRS" pada handphonenya, tapi hal tersebut tergantikan dengan terlihatnya sinar yang dipantulkan oleh bis putih campur merah yang berjajar rapih, ibu jari kaki saya dan ibu jari kaki-kaki yang lain mungkin berteriak namun sambil berbisik, "hey, anakku yang paling bungsu minta es batu..." ***