Pages

Devina's notes


Senin, 24 Juni 2013

Berbalas Literatur

Bukan maksud bernostalgia, tapi ini adalah tanggal 24.

Dulu, setiap tanggal 24, pasti selalu ada kata-kata ucapan selamat, membuat puisi, atau hanya sekedar berterima kasih secara khusus pada seseorang, baik itu di account facebook, twitter, ataupun di blog ini.

Bukan maksud mengingat hal-hal romantisme yang mereka sebut cinta (monyet), bukan.

Sebutan cinta terlalu dalam dan berlebihan untuk kronologi yang tersusun pada angka 24 setiap bulannya.

Biarkan aku menyampaikan berita gembira yang tidak berasa, kawan.
 
Ya, ibaratkan membalas literatur yang berbunyi "Semua akan indah pada waktunya", ternyata... "Hal yang indah itu pun akan menjadi hal yang tersimpan, pada waktunya". Bukan, bukan dilupakan. Hanya sekedar tersimpan. rapih, berjajar diantara miliaran neuron otak, menunggu giliran untuk diingat oleh pemilik otak. Energi yang dimiliki kenangan ku nilai mampu membuat otakku tetap rasional, selama 5 bulan terakhir.

Karena waktu, ku bisa katakan "Sampai jumpa (tanpa) lagi"...
Pada setiap inci cerita tentang Sang Pianis dan Sang Penggemar...
Pada setiap untaian kata beragam majas...
Pada setiap pemberian bermakna...
dan pada setiap kasih sayang, yang ku khawatir hanya picisan.

Literatur pun seperti berkayuh di roda sepeda, mengejar indah yang disembunyikan waktu...
Tak sabar mengucapkan selamat datang, pada angka yang lain. 2...

Kamis, 24 Januari 2013

Elegi Roman

Don't you remember...
Don't you remember...
The reason you loved me before...

Suara Adele bergema di ruangan sempit nan kuning ini. Sudah 3 hari lalu Fedrika merasa lirik lagu yang sedang ia dengar begitu pas untuknya. Belum lagi setelah membaca catatan kecil dari pria itu. Pria yang selama ini ia kenal, namun penuh dengan hal tersembunyi, bahkan terlalu banyak hal yang disembuyikan, tidak terkuak.

Ketika membuka lembar pertama catatan hitam itu, terdapat tulisan balok yang rapih, menceritakan alur cerita yang sangat sistematis, polos, tak ada konflik rumit, tak ada kata-kata metafora ataupun majas seperti pada puisi. Sangat sederhana. Saat lembar terakhir Fedrika baca, ia merasa cerita yang baru saja ia baca membawa ia berkelana ke suatu latar, mengikuti kemana pikiran penulis berlayar. Sayangnya, cerita ini terlalu tidak adil untuk semua tokoh yang terlibat di dalamnya. tidak ada akhir.

Kemana akhir cerita ini pergi? Fedrika bertanya dalam hati. Cerita ini terlalu semu, bahkan terlalu semu untuk disebut mimpi. Mimpi ini tidak berujung, entah menemukan jembatan yang telah runtuh atau jembatan yang diruntuhkan oleh pembuat jembatan itu sendiri.

Yang Fedrika pikirkan, ia ingin masuk ke dalam latar itu.
Ia ingin nama pena nya ikut diseret ke dalam cerita itu oleh penulis.
Ia ingin mengubah dentingan dalam cerita itu menjadi lebih merdu, bukan teriakan seperti pada film action ataupun horror.
Yang Fedrika tau, ia ingin mengubah komposisi Elegi roman ini menjadi Roman murni.
Karena dengan begitu...

...Aku mohon padamu ya,
Tidak akan pernah ada yang bisa mengubah cerita ini.
Penulis manapun tidak akan ada yang bisa mengubahnya!...

Sudah kesekian kali, Fedrika kalah. Kali ini ia pun harus mengalah lagi. Ia selalu mencoba membaca situasi, tapi pria ini tidak pernah mencoba mendengar apa yang Fedrika baca. Pria ini tidak pernah ingin membagi dunianya, bahkan mengizinkan Fedrika menyentuh mimpinya. Tidak pernah mengerti bahwa kasih sayang yang ia miliki terlanjur mengalir dan bermuara. Fedrika hanya diizinkan menjadi pengamat sejati, bukan praktisi.

Pria seperti inilah yang kau kasihi, Fedrika?

Why don't you remember...
Don't you remember...
The reason you loved me before...

Reason, alasan. Fedrika tidak pernah bisa menemukan alasan mengapa rasa ini harus berlabuh pada pria yang menulis mimpi lamanya ke dalam bentuk cerita. Seandainya Fedrika tau alasannya, ia akan sangat mudah melupakan satu tahun perjalanan hidupnya bersama pria ini.

Seandainya Fedrika dan Sang penulis tau...

Sabtu, 05 Januari 2013

Pertunjukan Orkestra

Setelah menyaksikan pertunjukan orkestra asli luar negeri di salah satu stasiun televisi Indonesia, (mari sebut saja stasiun TVnya, yaitu MetroTV), saya semakin tertarik terhadap orkestra. Sejak saya masih duduk di bangku SMP, saya sudah menyukai genre musik klasik. Semua ini berawal dari kekepoan saya menguping lagu-lagu yang diputar oleh kakak saya karena kamar yang masih bersebelahan sengan kamar kakak pada waktu itu. Kala itu... saya sedang memilah-milih baju yang hendak disetrika sambil membersihkan kamar (itu karena saya multitasker), lalu terdengar alunan piano dan biola dari kamar sebelah. Saya pun terdiam cukup lama. Lagu apa ini?

Tidak terdengar vokal manusia bernyanyi solo, tapi kenapa saya merasa sudut hati tersensitif saya tersentuh lewat lagu itu *deuila. Saya masih ingat, kelima lagu itu sering diputar oleh kakak saya hampir setiap pagi. Lama-kelamaan, saya berniat untuk meminta soft copy lagu itu lewat belakang, tanpa pemberitahuan pada kakak saya terlebih dahulu. Setelah saya searching di komputer, fualaaa...! Ternyata kelima lagu itu dibawakan oleh Secret Garden, grup musik yang terdiri dari dua pemain, yang pertama sebagai composer/pianis berasal dari Norwegia, dan yang kedua sebagai violinist berasal dari Irlandia. Judul-judulnya antara lain Song from Secret Garden, Silent Wings, Passacaglia, Ode to simpli, dan Adagio. Dan sejak saat itulah saya menemui soulmate kesekian saya, musik klasik.

Lalu apa hubungannya dengan orkestra? Dari tahun ke tahun saya hidup dengan menyukai musik klasik yang merambat ke segala arah bagai air. Hingga pada akhirnya, tahun 2011 saya mendapatkan bejibun lagu klasik dari guru PPL TIK yang bernama Bu Vina yang secara kebetulan menyukai musik instrumental seperti saya. Ada classic piano, classic guitar, dan juga orkestra-orkestraan.
Nah dari situlah start line menyukai orkestra.

Hingga sekarang, tahun 2013, akhirnya saya menyaksikan pertunjukan orkestra asli (walaupun lewat televisi) dari grup Wiener Philharmoniker yang dipimpin oleh Franz Welser-Most. Konsernya berjudul Neujahrskonzert. MC yang dipilih oleh MetroTV adalah Addie Ms, salah satu musisi terkenal di Indonesia. Jika saya tidak salah, pertunjukannya digelar di Italia. Kalau salah ya mohon dimaafkan, karena setelah saya mencoba searching, blog asli dari Wiener Philharmoniker menggunakan bahasa yang tidak saya pahami. Untuk melihat rincian lagu apa saja yang dibawakan, boleh tengok ke blognya langsung:

http://www.wienerphilharmoniker.at KLIK!

Lain waktu, saya akan bahas apa itu orkestra dan nama-nama orkestra terkenal selain Wiener Philharmoniker di pelosok dunia.
Gracias ^^/

Ayam Kampung

Tadi malam, sekitar pukul 19.00 WIB, saya sampai di rumah dalam keadaan basah kecebur got, karena terkena hujan gerimis sepulang dari tempat les. Alhasil setelah sampai di rumah, tas saya simpan di sofa dan melesat ke arah dapur karena rasa lapar yang tak tertahankan (tolong garis bawahi bahwa saya suka sekali makan).

Saya menengok ke dapur dan mendapati masakan ayam. Saya sudah mencurigai bahwa itu adalah Bukan Ayam Biasa, kalau disingkat menjadi BAB, yang ketenaran sudah menyaingi artis BBB, Bukan Bintang Biasa. Kecurigaan saya pun terbukti setelah saya mencoba satu gigitan pertama pada bagian paha si ayam, Krrrt..!  Dengan ganasnya saya menggigit, namun nihil, daging yang terambil hanya sebagian kecil karena tekstur ayam yang alot.

Sial, ini ayam kampung!

Sekarang tidak usah digaris bawahi, tapi cukup di bold saja. Saya tidak suka ayam kampung,
karena sifat dagingnya yang liat dan alot. Kalau orang luar negeri atau orang pandir yang tidak tau apa-apa mengenai keberadaan si Ayam Kampung, tatkala mencoba masakannya dagingnya, pasti berkata bahwa daging ayam yang mereka makan menggunakan formalin dicampur boraks sebanyak 1 liter lebih 37,5 milimeter kubik. Kasihan ya si Ayam Kampung, padahal kandungan gizinya lebih besar dari ayam kota, lebih berkualitas, dan.... dan..... ya... intinya lebih alot!

Tapi ada dua tips pribadi dari saya bila Anda hendak membedakan ayam kampung dan ayam berformalin. Perbedaannya terletak pada tulangnya. Untuk memastikannya, hal pertama yang dapat dilakukan adalah habiskan daging-daging yang menempel pada tulang ayam, lalu ketuk tulang ayamnya. Jika tulang sangat kokoh dan sulit digigit, itu asli ayam kampung. Tapi kalau tulang ayamnya keropos seperti terkena penyakit osteoporosis, maka Anda telah memakan ayam berformalin >:) yang kedua, Anda sajikan tulang-tulang tadi pada kucing peliharaan Anda. Bila tidak dimakan atau sudah termakan dan berujung pada kerusakan gigi pada kucing Anda, itu asli 100% ayam kampung. Tapi kalau tetap dilahap, siap-siap saja Anda mengalami phobia makan ayam kampung.

Persuasi dari saya adalah, mari berhati-hati dalam mengkonsumsi ayam kampung dan jangan sekali-sekali memilih ayam kampung yang belum teruji kekampungannya! >:D hahaha

Gracias ;-)

Jumat, 04 Januari 2013

Filosofi Cream

Tahun baru. Eh sekarang beneran tahun 2013 ya? masih bisa liat bintang ga nih? masih bisa liat belatung loncat ga ya? atau masih bisa liat kucing saya minum lewat septic tank ga nih? *loooh haha Ssstttt rahasia publik nih, jangan disebar!

Perayaan tahun baru dari tahun ke tahun buat aku cuma mengalami kemajuan yang seucrit. Bahkan aku lupa, tahun 2011 kemarin aku ngerjain apa ketika orang-orang meniup Saxophone KW 6, bikin konser paduan suara gagal yang diadaptasi dari jaman primitif, sambil ngirim nuklir (yang ngabeledugnya pingin kaya bom Hiroshima dan Nagasaki tapi ga pernah kesampean) ke langit. Well, apa dulu para leluhur kita selalu merayakan tahun baru seperti sekarang?? (......) Tidak ada jawaban guys. Leluhur kita sedang tidur, ngooook... hik! ngoook.. hik!

Kembali ke perayaan. Satu hari sebelum perayaan bakar-bakaran (apa saja) yang bisa dibakar, aku mengalami satu kejadian yang menaaskan bagi siapa yang melihat, kemudian memutarnya, lalu menjilatnya, lalu mencelupkannya ke dalam segelas susu. Peristiwanya hitam, sehitam biskuit tadi. Alhasil karena orang yang (sebaiknya kita sebut Mr.X) itu tidak memberikan cream putih di dalamnya, aku harus nyari sendiri pemanis si biskuit itu biar enak dikunyah.

Dan disinilah aku berada. Rumah Pak Wayan.
Aku tiba-tiba ngeliat Luh De yang lagi bercengkrama sama Keenan...  Setelah pulang dari sini akan ku ceritakan apa yang aku lihat pada Kugy...
Gubrak. marukana ieu film Perahu Kertas! -.-a

Ralat, aku ada di rumah guru les, untuk menjalankan acara bakar-bakar. Bakar arang, bakar batu bata, bakar angin, bakar perasaan *deuilah! Aku ga tega untuk bilang bahwa aku sama yang lain ngebakar ayam sama sosis, huaaa :'( episode berikutnya mungkin kita bakar orang.... orang utan maksudnya. Itupun kalau species mereka masih ada >:D huahaha...
Tapi tetep aja, tujuan utama aku untuk mencari cream putih ga kunjung ada. Kenapa sih nih?

Habis bakar-bakaran, ya harus ngapain lagi selain makan apa yang udah dibakar? Ayam dan sosis plus bonus nasi pun aku makan. Selanjutnya, perasaan yang kebakar juga aku lahap, masih lapar. Lalu... stop aja deh kayanya, kalau dilanjut nanti jadi pertunjukan kuda lumping dadakan, lupakan nasib arang, angin, sama batu bata yang udah dibakar juga. Mereka gosong, jadi ga bisa dimakan :p

Sekalipun aku kenyang, cream putih manis tetep belum aku makan.
Sekalipun aku ngiceupin mata, cream putih ga akan tiba-tiba ada depan hidung,
Sekalipun aku muntah, itu muntahan ga akan pernah jadi cream putih yang rasanya manis! Enek yang ada. Apa aku bilang, naas banget kan. Akhirnya, aku pilih pulang ke rumah, tepat pukul 10 malam.

Di rumah, aku.... aku... eu.... tuuuut....
(Itu bukan suara TV rusak, aku kentut barusan hahaha XD)
Aku mencoba menghibur diri karena mengalah pada nasib yang ga akan pernah nemuin si cream putih manis. Aku bikin 40 butir UU Resolusi TAP/DMP/No.2013, yang selanjutnya aku tempel di samping tempat tidur yang sedang bekerja, menunggangi kuda supaya baik jalannya, HEY! -,-
Hingga pukul 1 dini hari, aku pun mengistirahatkan mata yang sedari tadi ngiceup-ngiceup ga berhenti, berharap menemukan keajaiban keesokan harinya...

Dan tanggal 1 Januari pun telah datang! Aku nyari keajaiban apa yang terjadi. ya ampun! Keajaiban! Kertas resolusi yang aku bikin tadi malam, coplok... hosh... -_-a
Aku tempel lagi. Jahat banget yang tengil ngejatuhin Resolusi gue!
Siangnya, aku memusnahkan filosofi tadi malam dengan membeli Oreo, tapi tidak dengan cream putih, melainkan cream ungu hahaha :D

Kandungan cerita kali ini adalah, baru berusia 5 bulan. Eeeeh salah, maksudnya, kalaupun kita ga nemu si cream putih yang bikin kita ceria seperti dulu, carilah si cream ungu yang bikin kita merasa sedikit lebih baru. OK guys? ;-)

Hasta La Vista ^^/

Kamis, 03 Januari 2013

Sang Waktu & Kanvasnya

Pukul 4, tak sengaja ku hampiri seorang pelukis..
Pukul 5, tak sengaja ku berikan kuas dan palet dengan manis..
Di malam tanpa bintang, masih tak sengaja, ku sodorkan cat magis..
Yang terakhir kanvas pun tak menangkis.
3 per 40 dasawarsa,
Pelukis itu berkarya..
dengan kuas, palet, dan cat di atas kanvas hitam.
3 per 32 windu, tepatnya.
Ya, dialah pelukis yang seolah serba tau..
Tau waktu.
Tau warna.
Tau hidup.

Kanvas, termenung bersirat senyum,
Pada siapa yang menyentuhkan kuas..
Menutupi hitam dengan yang primer, sekunder, bahkan tersier..
Hingga pelukis terdekap letih,
Hingga pelukis berhenti mengasih..
Sekali lagi kanvas itu  tersenyum enigmatis.
Karena semua pelukisnya yang pergi,
Tak pernah tau siapa yang ditinggal pergi.

Sabtu, 17 November 2012

Artikel 1 : Masalah Realita Remaja

Sebuah karya seni yang dibuat oleh seniman akan merasa sedih apabila terus mendapat kritikan, bahkan tak dapat dielak, pembuat karya seni pun lama kelamaan mundur bila terus mendapat penilaian yang buruk dari penikmat tanpa melihat sisi lain dari karya seni tersebut. Itu pula yang akan terjadi pada remaja. Remaja yang hanya mendapat ucapan atau kalimat-kalimat yang kurang berkenan hanya akan membuat remaja mengeluarkan pribadi negatif yang mereka miliki, terlebih jika didukung dengan tidak adanya pengembangan emosi yang tepat.

Beberapa penelitian sudah mengatakan bahwa masa remaja adalah masa dimana seseorang masih dalam proses pencarian jati diri, saat keadaan untuk mengekspresikan diri meluap-luap, merasa tak ingin dibatasi, bahkan oleh orang tua sekalipun. Tetapi hal mutlak tersebut terbantu oleh karakteristik tetap yang terbawa oleh mereka yang bervariasi. Membicarakan hal tentang karakteristik atau sifat, tidak sedikit dari kita yang mengatakan jika remaja sangat labil dalam mengendalikan emosinya. Apakah itu bisa disebut dengan sifat? Ya, itu sifat yang masih dalam tahap perkembangan, belum menjadi sifat permanen. Hal-hal yang sedikit menyimpang tersebut dapat dipecahkan dengan bantuan orang-orang yang mengerti dan menjadi ahli di bidang kejiwaan remaja, contohnya psikolog.

Sebagian orang berpikir keragaman sifat tersebut tidak cocok bahkan diharamkan dalam sebuah organisasi remaja. Tentu semua organisasi memiliki prinsip "Bhinneka Tunggal Ika" yang sedari dulu diusungkan, tetapi banyak pula orang yang sudah tidak memperdulikan apa arti sesungguhnya dari semboyan bangsa Indonesia tersebut, "Berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Manusia yang masih dikategorikan sebagai remaja atau dewasa awal, tidak dapat direkomendasikan untuk menasehati satu sama lain secara utuh karena masalah metoda dan cara penyampaian saran. Terlepas dari metoda, sesama remaja hanya akan melihat presentase keburukan pada remaja yang masih berada di bawah umur mereka. Kritikan yang dianggap sebagai motivasi oleh kategori dewasa awal akan terus diguyurkan bila remaja dipandang belum siap untuk menghadapi kehidupan yang setingkat lebih tinggi dari dunia remajanya. Tetapi tanpa disadari, remaja tidak dapat diperlakukan sama karena karakter baik yang ada pada diri seseorang belum kuat dan dicuatkan. Sekali lagi, inilah fungsi orang tua dan fungsi pakar psikolog yang lebih memahami kesulitan-kesulitan remaja agar bisa diterima di masyarakat, bukan hanya di golongan remaja saja.

Jika manusia kategori dewasa awal hendak dijadikan sebagai sarana evaluasi remaja, haruslah tepat sasaran. Mengerti bahwa pembentukan sifat remaja tidak hanya muncul dari hati atau pikiran remaja itu sendiri, tetapi faktor lingkungan dan bimbingan orang tua yang memiliki pengaruh lebih tinggi harus ditanamkan dalam-dalam. Manusia kategori remaja dimanapun adalah aset, bahkan predikat aset itu sudah dimulai sejak lahir. Wawasan luas mengenai kejiwaan perlu diemban sedari dini agar remaja generasi yang menjadi tonggak masa depan bisa lebih matang dan  dapat digolongkan ke dalam kelompok manusia berumur remaja namun berusia dewasa.